Mengenang Peran Lima Ulama Bangil Pada Peristiwa G 30 S PKI

220906130349 985 1

PASURUAN,pasnews.com-Sejarah mencatat bahwa; pecahnya peristiwa perlawanan terhadap bahaya laten PKI di Indonesia, di awali dari kota Bangil kemudian menyebar ke Daerah lain hingga ke Bandung dan Batavia ( Jakarta), peristiwa itu di kenal dengan istilah tiga B (Bangil, Bandung, Batavia)

Akibat dari peristiwa perlawanan terhadap PKI yang di mulai dari kota Bangil, maka Negara Cina melalui wartawan Radio “XINHUA” peking saat itu memberitakan kemarahanya terhadap kaum muslimin Indonesia dengan menyebut masarakat muslim kota Bangil sebagai anjing anjing dari jawa Timur.

Advertisement

Dalam peristiwa tersebut ada lima Ulama’ besar di kota Bangil yang merupakan Benteng penjaga kota Bangil dalam melawanan terhadap keganasan gerakan PKI, di anataranya:

1. Kh Abd Sakur Adnan pimpinan ponpes salafiyah Riyadul Ulum Kidul Dalem Bangil.
2. Kh Abd Rochim Ruchani pimpinan ponpes putri Salafiyah Kauman Bangil
3. Kh Abd Mu’ti pimpinan ponpes salafiyah Tanwirul hijah Gempeng Bangil.
4. Kh Mas Mustajab dari desa Bendomungal Bangil.
5 Kh Ahmad Cholili dari pon pes salafiyah Cangaan Gempeng Bangil.

Baca juga:  Serbuan Vaksinasi Kolaborasi TNI Dan Forkopimda kabupaten Pasuruan

Kemudian kelima Ulama’ tersebut bekerja sama dengan TNI AD yang di pimpinan oleh kapten Abd Muin selaku Komandan koramil Bangil, sedangkan ke lima Ulama’ NU mengomandoi Banser untuk menjaga Desa masing masing, karena saat itu gerakan PKI hampir berada di mana mana, hingga nyaris menguasai pemerintahan Republik Indonesia.

Peristiwa saat itu orang orang PKI banyak membunuh para Ulama’ dan santri di Banyuwangi dan Madiun serta Blitar, dan di kota lainya, sehingga gerakan PKI oleh para Ulama’ NU Bangil di Hukumi sebagai ” KAFIR HARBI” yang harus di perangi dengan Jihad Fi Sabilillah.

Maka terjadilah peristiwa pembunuhan terhadap orang orang PKI di Kota Bangil, peristiwa itu untuk pembakar semangat bagi umat Islam Daerah lain dan sekitarnya hingga menyebar ke berbagai kota di seluruh Indonesia, termasuk Bandung dan Jakarta.

Baca juga:  Kapolres Pasuruan Mengikuti Upacara Hari Jadi Propinsi Jawa Timur Ke 76 Tahun 2021

Adapun kantor waqfiyah NU Cab Bangil yang kini menjadi SD MINU Bangil, merupakan monumental sejarah penyerangan dan pembunuhan terhadap Tokoh PKI Bangil keturunan Cina bernama SOKYAH dan GULUKIP.

kemudian SD MINU di jadikan markas besar umat Islam Bangil, untuk mengintrogasi orang orang PKI yang di terima dari TNI AD, setelah para Ulama’ Bangil memutuskan bahwa orang orang tersebut betul betul PKI, maka pada malam harinya para PKI di eksekusi secara masal di daerah paku joyo desa latek Bangil.

Namun banyak pula, di antara para PKI yang bertaubat di bebaskan oleh para Ulama’ Bangil, Mereka ada yang sadar kembali dari PKI, menjadi pemeluk Agama Islam dan ada pula yang memeluk Agama Lain selain Islam…

Al kisah ada seorang PKI bernama SUDARMO yang asal mulanya sudah terbunuh, namun keisukan harinya Dia hidup kembali sambil duduk santai di gerdu, kemudian saorang PKI tersebut di penggal lagi tubuhnya menjadi dua bagian, salah satu tubuhnya di buang ke sungai Kedung Larangan, sedang kepalanya di gantung di pohon beringin tengah Alun alun kota Bangil sambil di sulut dengan Rokok.
Peristiwa tersebut telah di saksikan oleh masarakat Muslim Bangil dan sekirarnya.

Baca juga:  Dandim 0819 Pasuruan Beri Motivasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Semeru

Dengan demikian, berkat kesatuan dan persatuan umat Islam di bawah komando lima Ulama’ NU Cabang Bangil, maka kota Bangil tetap terjaga sebagai kota santri Ahlu Sunnah Wal Jamaah.

Demikian kisah para Ulama’ Bangil yang membentengi aqidah Umat Islam Indonesia dari bahaya laten gerakan 30 Septembar PKI, semoga kaum muslimin Indonesia bangkit kembali untuk bersatu padu di bawa komando Ulama’ Ahlu Sunnah Wal Hamaah demi Izul Islam wal Muslimin.Kelima ULAMA BANGIL.(tim)

Pengaduan via WA?