“Ratusan Aktivis Kepung Pabrik AQUA Gondangwetan, Tuding Pelanggaran Tonase hingga Sumur Bor Ilegal, Formapan Desak Pemerintah Tutup Operasional Perusahaan”
Pasuruan,pasuruannews.com,— Puluhan pegiat sosial yang tergabung dalam Forum Masyarakat Prihatin (Formapan) kembali menggelar aksi damai di Kabupaten Pasuruan, Rabu (26/11/2025). Aksi jilid dua ini diikuti sekitar 200 peserta dari unsur LSM, LPK, media, dan masyarakat umum, dengan tuntutan utama penutupan total operasional Pabrik AQUA (PT Tirta Investama) di Kecamatan Gondangwetan.
Aksi berlangsung dramatis. Massa membanting galon-galon AQUA ke jalan sebagai simbol protes, menegaskan kemarahan warga atas dugaan kerusakan lingkungan dan infrastruktur yang mereka nilai terjadi imbas aktivitas perusahaan tersebut.
Koordinator aksi, H. Sugeng Samiadji, menyebut bahwa operasional pabrik telah menimbulkan dampak serius. Armada truk pengangkut produk disebut berulang kali melanggar batas tonase dan klas jalan, terutama di ruas Pertigaan Gondangwetan yang kini mengalami kerusakan cukup parah.
“Kita minta tutup perusahaan AQUA! Mereka tidak peduli dengan kerusakan jalan dan lingkungan,” tegas Sugeng di hadapan massa.

Sugeng menilai kerusakan tersebut bukan hanya merugikan warga, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan yang melintas setiap hari.
Formapan juga menyoroti dugaan iklan yang tidak sesuai fakta, di mana AQUA diklaim berasal dari pegunungan, namun menurut temuan mereka, air berasal dari sumur bor.
Selain itu, aktivis menemukan bahwa perusahaan diduga mengoperasikan tiga sumur bor, sedangkan yang telah memiliki izin resmi baru dua. Temuan ini, menurut mereka, memperkuat dugaan adanya pelanggaran administratif dan eksploitasi air yang berlebihan.
Dalam aksinya, Formapan juga menyoroti kinerja Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Solikhul Aris, advokat dari Kongres Indonesia, menilai pemerintah daerah tidak maksimal menangani polemik yang terjadi.
“Bupati Pasuruan tidak becus menyelesaikan masalah ini. Jika tidak mampu bertindak tegas, lebih baik mundur,” ungkapnya dengan lantang.
Sementara itu, Moslem, Ketua LSM LIRA, menyebut bahwa produksi AQUA diduga telah menurunkan debit air di sejumlah titik, sehingga warga sekitar semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Di pendopo, massa meminta audiensi dan menyerahkan lima tuntutan resmi, yakni:
- Klarifikasi dampak penurunan debit air tanah warga
- Transparansi dokumen AMDAL
- Evaluasi CSR dan kepatuhan pajak daerah
- Penindakan tegas pelanggaran tonase truk
- Klarifikasi dugaan iklan menyesatkan
- Ultimatum: Siap Blokade Total
Aksi ditutup dengan ultimatum tegas. Formapan mengancam akan kembali dengan aksi lebih besar jika tidak ada langkah konkret dari pemerintah maupun manajemen AQUA.
“Kalau tidak ada tindakan, kami blokade total akses keluar masuk pabrik,” ujar Sugeng.
Moslem bahkan menegaskan bahwa mereka siap memasang barikade di depan gerbang perusahaan apabila Aparat Penegak Hukum (APH) tidak segera bertindak.
Aksi ini menandai menguatnya tekanan warga terhadap perusahaan air minum tersebut. Kini, publik menunggu apakah pemerintah dan pihak perusahaan akan merespons tuntutan yang semakin menguat ini, atau justru membiarkan situasi memanas di lapangan.(Usj/Adf)

